Burung Kerak Ungu
Burung Kerak Ungu yang memiliki nama latin Acridotheres tristis
penyebarannya banyak terdapat di berbagai negara di Asia. Akan tetapi
burung Kerak Ungu bukanlah burung endemik asal Indonesia walaupun ada
yang menyebutnya dengan nama burung Jalak Nias. Di luar negeri burung
Kerak Ungu terdapat di Cina, Afganistan, India, dan kawasan Asia
Tenggara. Selain itu penyebaran burung Kerak Ungu yang ada di berbagai
negara termasuk Indonesia dikarenakan marakanya penjualan burung ini,
sengaja dilepaskan di alam liar, dan kemampuan adaptasinya yang bisa
mengalahkan burung asli di daerah yang didiaminya.

Gambar: Burung Kerak Nias sedang Memakan Serangga
Adapun untuk ciri-cirinya didominasi oleh warna kecoklatan di bagian
atas tubuh dan dadanya. Pada bagian atas kepalanya sampai dengan
tenggorokan dan di bagian sayapnya tampak berwarna kehitaman. Sedangkan
di bagian kaki dan paruhnya dilapisi warna kekuningan. Di samping itu
ada warna putih yang tampak jelas di bagian sayap saat terlihat saat
dikepakkan. Ciri lainnya dari burung Kerak Ungu adalah terdapatnya kulit
tanpa bulu yang melingkar di sekitar mata dan berwarna kekuningan.
Ditambah untuk ukurannya tergolong sedang atau tidak terlalu besar yang
panjangnya sekitar 24 cm.
Burung Nuri-Kate
Burung Nuri-Kate penyebarannya hanya berada di bagian timur Indonesia
yakni daerah tanah Papua (bagian Indonesia), Maluku, dan di negara Papua
Nugini. Burung nuri-kate mempunyai nama latin Micropsitta yang dalam
bahasa inggris disebut dengan nama pygmy parrot. Untuk ciri-ciri
fisiknya, burung nuri-kate memiliki ukuran tubuh kisaran 8 sampai dengan
12 cm saja. Tampak warna hijau yang mendominasi warna bulunya di bagian
sayap, leher, badan bagian atas, dan pipinya. Sedangkan di bagian bawah
tubuhnya yakni perut dan dadanya terdapat warna biru, kuning, dan merah
(menuju ke bagian tunggirnya). Pada bagian ekornya berwarna biru laut
yang di bagian bawah sayapnya berwarna kuning cerah. Paruhnya berukuran
pendek dan berwarna hitam keabu-abuan, kakinya mempunyai ukuran yang
agak lebar pada sela-sela jarinya yang berwarna keabu-abuan.
Gambar: Burung Nuri-Kate
Dalam penyebarannya burung nuri-kate terdapat enam subspesies lagi yang
di antaranya bernama nurikate geelvink, nuri-kate dada merah, nuri-kate
pusio, finsch’s pygmy parrot, nuri-kate topi kuning, dan meek’s pygmy
parrot. Dan daerah penyeberannya sendiri terdapat di Papua, Maluku,
Pulau Manus (Papua Nugini), dan ditimur Papua Nugini. Sedangkan saat
berada di alam liar, biasanya burung Nuri-Kate hidup di dataran rendah
hingga tinggi, baik di daerah perkebunan kelapa hingga sampai daerah
perkebunan kopi di pegunungan. Burung Nuri-Kate dalam beraktivitas
seringnya hidup dalam berkelompok sekitar 20 ekor. Dan untuk makanannya
di alam liar, burung Nuri-Kate biasanya memakan lumut yang ada dibatang
pohon, jamur, serangga kecil, dan buah-buahan.
Burung Kancilan Bakau
Burung Kancilan Bakau yang memiliki nama latin Pachycephala Grisola
merupakan burung ocehan endemik asli Indonesia. Keberadaan burung
endemik ini sudah cukup populer bagi sebagian besar masyarakat kita di
berbagai daerah. Kepopuleran yang dimiliki oleh burung Kancilan Bakau
tampak dari banyaknya nama untuk penyebutannya yang di antaranya adalah
burung Salakan dan juga burung Drodot. Selain itu juga banyaknya
orang-orang yang mengenal burung Kancilan Bakau dikarenakan burung ini
telah dijadikan sebagai burung ocehan yang mempunyai kicauan merdu.

Gambar: Burung Kancilan Bakau di alam liar
Melihat ciri-ciri dari burung Kancilan Bakau sekilas mirip dengan burung
Pelanduk Semak dari sisi ukuran fisk dan corak pada warna bulunya. Akan
tetapi untuk burung Kancilan Bakau dapat ditandai dengan warna abu-abu
di bagian hampir seluruh tubuhnya. Hal ini terlihat pada bagian mahkota,
tengkuk, punggung, dan sayap dibalut dengan warna abu-abu yang tampak
cukup mencolok. Pada bagian ekornya tampak berwarna cokelat muda yang
lebih kepada cokelat keabu-abuan. Adapun untuk bagian dada dan perut
yang merupakan bagian bawah tubuh burung terlihat berwarna keputihan.
Sedangkan untuk ukuran fisiknya tergolong cukup kecil yakni hanya
sekitar 14 cm yang terhitung mulai dari pangkal paruh hingga ujung
ekornya.
Burung Cucak Cungkok
Burung Cucak Cungkok merupakan jenis burung yang memiliki kemiripan
bentuk fisik dengan burung Cuca Ijo. Akan tetapi burung Cucak Cungkok
bukanlah merupakan burung endemik asli Indonesia melainkan berasal
negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara terkecuali Indonesia.
Nama burung Cucak Cungkok belakangan ini cukup tersohor bagi kalangan
pencinta burung ocehan. Hal ini dikarenakan di beberapa pasar burung
ocehan telah ada yang menjual burung Cucak Cungkok dengan harga di atas
satu jutaan kepada para pembelinya.
Disebutkan pada paragraf sebelumnya bahwa burung Cungkok memiliki
habitat aslinya yang berasal dari negara-negara yang ada di Asia Selatan
dan Tenggara. Adapun bila menengok negara-negara yang ada populasi dari
burung Cucak Cungkoknya ialah di negara Tiongkok, Myanmar, Thailand,
Laos, dan Malaysia. Begitu pula dengan bentang alam yang biasa
ditinggali oleh burung Cucak Cungkok umumnya berada di atas dataran
tinggi hutan berbukitan yang bersuhu lumayan dingin.
Gambar: Burung Cucak Cungkok yang memiliki nama latin Chloropsis hardwickii
Burung Cucak Mutiara
Burung Cucak Mutiara yang mempunyai nama latin Pycnonotus Tympanistrigus
merupakan burung endemik yang populasinya hanya ada di pulau Sumatera
saja. Di habitatnya burung Cucak Mutiara biasanya menempati hutan yang
memiliki perbukitan atau yang bersuhu agak dingin. Selain itu
penyebarannya di Sumatera menurut berbagai sumber disebutkan ada berada
di sekitaran daerah bukit barisan bagian selatan yang menuju ke arah
gunung Kerinci dan di daerah Gunung Dempu.
Gambar: Burung Cucak Mutiara yang ada di alam liar
Disebutkan bahwa burung Cucak Mutiara yang mulai terancam punah akibat
begitu banyak penangkapan terhadap burung ini di hutan Sumatera. Hal ini
tentunya bisa mengganggu keseimbangan populasinya yang ada di hutan
tanpa ada keinginan untuk bisa menangkarnya agar permintaan burung ini
di pasar burung bisa terpenuhi tanpa perlu lagi menangkapnya di hutan.
Di samping itu kerusakan hutan di Sumatera pun turut menjadi bagian
dalam menyebabkan langkanya populasi burung Cucak Mutiara.
Burung parkit
Pada burung parkit, di samping memiliki karakter yang liar dan lincah,
burung ini pada dasarnya mempunyai karakter yang susah diatur. Akan
tetapi, itu bukanlah menjadi penghalang selama penghobi terus tekun dan
rutin melatih burung parkit tersebut untuk jinak, lama-kelamaan burung
ini juga bisa dijinakkan.
Gambar 1. Parkit Jinak
Burung Pelanduk Semak
Burung Pelanduk Semak merupakan burung endemik asal Indonesia tetapi
juga penyebarannya terdapat di wilayah semenanjung malaysia. Burung ini
mempunyai nama latin Malacocincla sepiaria yang habitat hidupnya ialah
hutan tropis, perbukitan, daerah pegunungan, dan semak-semak. Di
Indonesia penyebaran burung ocehan Pelanduk Semak terdapat di berbagai
daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Sehingga burung
ocehan ini sudah cukup populer bagi masyarakat Indonesia.
Dan deskripsi atau ciri-ciri dari burung Pelanduk Semak ialah ukuran
tubuhnya yang kecil sekitar 14 cm saja, terdapat warna abu-abu di bagian
mahkota kepalanya, warna putih di bagian tenggorokannya, dadanya
berwarna abu-abu, pada bagian bawah perutnya berwarna coklat, sedangkan
pada bagian tengah perutnya terdapat warna putih yang di sisinya
terdapat warna kuning muda. Keunikan dari burung pelanduk semak ini
adalah ukuran sayapnya yang pendek dan begitu juga dengan ekornya serta
kakinya yang juga berukuran kecil. Sehingga burung ini kesulitan untuk
terbang dan lebih suka berlama-lama di tanah untuk mencari makan.