Sabtu, 10 September 2016

 Burung Kerak Ungu
Burung Kerak Ungu yang memiliki nama latin  Acridotheres tristis penyebarannya banyak terdapat di berbagai negara di Asia. Akan tetapi burung Kerak Ungu bukanlah burung endemik asal Indonesia walaupun ada yang menyebutnya dengan nama burung Jalak Nias. Di luar negeri burung Kerak Ungu terdapat di Cina, Afganistan, India, dan kawasan Asia Tenggara. Selain itu penyebaran burung Kerak Ungu yang ada di berbagai negara termasuk Indonesia dikarenakan marakanya penjualan burung ini, sengaja dilepaskan di alam liar, dan kemampuan adaptasinya yang bisa mengalahkan burung asli di daerah yang didiaminya.


Gambar: Burung Kerak Nias sedang Memakan Serangga

Adapun untuk ciri-cirinya didominasi oleh warna kecoklatan di bagian atas tubuh dan dadanya. Pada bagian atas kepalanya sampai dengan tenggorokan dan di bagian sayapnya tampak berwarna kehitaman. Sedangkan di bagian kaki dan paruhnya dilapisi warna kekuningan. Di samping itu ada warna putih yang tampak jelas di bagian sayap saat terlihat saat dikepakkan. Ciri lainnya dari burung Kerak Ungu adalah terdapatnya kulit tanpa bulu yang melingkar di sekitar mata dan berwarna kekuningan. Ditambah untuk ukurannya tergolong sedang atau tidak terlalu besar yang panjangnya sekitar 24 cm.
 Burung Nuri-Kate
Burung Nuri-Kate penyebarannya hanya berada di bagian timur Indonesia yakni daerah tanah Papua (bagian Indonesia), Maluku, dan di negara Papua Nugini. Burung nuri-kate mempunyai nama latin Micropsitta yang dalam bahasa inggris disebut dengan nama pygmy parrot. Untuk ciri-ciri fisiknya, burung nuri-kate memiliki ukuran tubuh kisaran 8 sampai dengan 12 cm saja. Tampak warna hijau yang mendominasi warna bulunya di bagian sayap, leher, badan bagian atas, dan pipinya. Sedangkan di bagian bawah tubuhnya yakni perut dan dadanya terdapat warna biru, kuning, dan merah (menuju ke bagian tunggirnya). Pada bagian ekornya berwarna biru laut yang di bagian bawah sayapnya berwarna kuning cerah. Paruhnya berukuran pendek dan berwarna hitam keabu-abuan, kakinya mempunyai ukuran yang agak lebar pada sela-sela jarinya yang berwarna keabu-abuan.
Gambar: Burung Nuri-Kate
Dalam penyebarannya burung nuri-kate terdapat enam subspesies lagi yang di antaranya bernama nurikate geelvink, nuri-kate dada merah, nuri-kate pusio, finsch’s pygmy parrot, nuri-kate topi kuning, dan meek’s pygmy parrot. Dan daerah penyeberannya sendiri terdapat di Papua, Maluku, Pulau Manus (Papua Nugini), dan ditimur Papua Nugini. Sedangkan saat berada di alam liar, biasanya burung Nuri-Kate hidup di dataran rendah hingga tinggi, baik di daerah perkebunan kelapa hingga sampai daerah perkebunan kopi di pegunungan. Burung Nuri-Kate dalam beraktivitas seringnya hidup dalam berkelompok sekitar 20 ekor. Dan untuk makanannya di alam liar, burung Nuri-Kate biasanya memakan lumut yang ada dibatang pohon, jamur, serangga kecil, dan buah-buahan.
 Burung Kancilan Bakau
Burung Kancilan Bakau yang memiliki nama latin Pachycephala Grisola merupakan burung ocehan endemik asli Indonesia. Keberadaan burung endemik ini sudah cukup populer bagi sebagian besar masyarakat kita di berbagai daerah. Kepopuleran yang dimiliki oleh burung Kancilan Bakau tampak dari banyaknya nama untuk penyebutannya yang di antaranya adalah burung Salakan dan juga burung Drodot. Selain itu juga banyaknya orang-orang yang mengenal burung Kancilan Bakau dikarenakan burung ini telah dijadikan sebagai burung ocehan yang mempunyai kicauan merdu.




Gambar: Burung Kancilan Bakau di alam liar

Melihat ciri-ciri dari burung Kancilan Bakau sekilas mirip dengan burung Pelanduk Semak dari sisi ukuran fisk dan corak pada warna bulunya. Akan tetapi untuk burung Kancilan Bakau dapat ditandai dengan warna abu-abu di bagian hampir seluruh tubuhnya. Hal ini terlihat pada bagian mahkota, tengkuk, punggung, dan sayap dibalut dengan warna abu-abu yang tampak cukup mencolok. Pada bagian ekornya tampak berwarna cokelat muda yang lebih kepada cokelat keabu-abuan. Adapun untuk bagian dada dan perut yang merupakan bagian bawah tubuh burung terlihat berwarna keputihan. Sedangkan untuk ukuran fisiknya tergolong cukup kecil yakni hanya sekitar 14 cm yang terhitung mulai dari pangkal paruh hingga ujung ekornya.
Burung Cucak Cungkok
Burung Cucak Cungkok merupakan jenis burung yang memiliki kemiripan bentuk fisik dengan burung Cuca Ijo. Akan tetapi burung Cucak Cungkok bukanlah merupakan burung endemik asli Indonesia melainkan berasal negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara terkecuali Indonesia. Nama burung Cucak Cungkok belakangan ini cukup tersohor bagi kalangan pencinta burung ocehan. Hal ini dikarenakan di beberapa pasar burung ocehan telah ada yang menjual burung Cucak Cungkok dengan harga di atas satu jutaan kepada para pembelinya.
Disebutkan pada paragraf sebelumnya bahwa burung Cungkok memiliki habitat aslinya yang berasal dari negara-negara yang ada di Asia Selatan dan Tenggara. Adapun bila menengok negara-negara yang ada populasi dari burung Cucak Cungkoknya ialah di negara Tiongkok, Myanmar, Thailand, Laos, dan Malaysia. Begitu pula dengan bentang alam yang biasa ditinggali oleh burung Cucak Cungkok umumnya berada di atas dataran tinggi hutan berbukitan yang bersuhu lumayan dingin.

Gambar: Burung Cucak Cungkok yang memiliki nama latin Chloropsis hardwickii
 Burung Cucak Mutiara
Burung Cucak Mutiara yang mempunyai nama latin Pycnonotus Tympanistrigus merupakan burung endemik yang populasinya hanya ada di pulau Sumatera saja. Di habitatnya burung Cucak Mutiara biasanya menempati hutan yang memiliki perbukitan atau yang bersuhu agak dingin. Selain itu penyebarannya di Sumatera menurut berbagai sumber disebutkan ada berada di sekitaran daerah bukit barisan bagian selatan yang menuju ke arah gunung Kerinci dan di daerah Gunung Dempu.
Gambar: Burung Cucak Mutiara yang ada di alam liar
Disebutkan bahwa burung Cucak Mutiara yang mulai terancam punah akibat begitu banyak penangkapan terhadap burung ini di hutan Sumatera. Hal ini tentunya bisa mengganggu keseimbangan populasinya yang ada di hutan tanpa ada keinginan untuk bisa menangkarnya agar permintaan burung ini di pasar burung bisa terpenuhi tanpa perlu lagi menangkapnya di hutan. Di samping itu kerusakan hutan di Sumatera pun turut menjadi bagian dalam menyebabkan langkanya populasi burung Cucak Mutiara.
 Burung parkit
Pada burung parkit, di samping memiliki karakter yang liar dan lincah, burung ini pada dasarnya mempunyai karakter yang susah diatur. Akan tetapi, itu bukanlah menjadi penghalang selama penghobi terus tekun dan rutin melatih burung parkit tersebut untuk jinak, lama-kelamaan burung ini juga bisa dijinakkan.
Gambar 1. Parkit Jinak
 Burung Pelanduk Semak
Burung Pelanduk Semak merupakan burung endemik asal Indonesia tetapi juga penyebarannya terdapat di wilayah semenanjung malaysia. Burung ini mempunyai nama latin Malacocincla sepiaria yang habitat hidupnya ialah hutan tropis, perbukitan, daerah pegunungan, dan semak-semak. Di Indonesia penyebaran burung ocehan Pelanduk Semak terdapat di berbagai daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Sehingga burung ocehan ini sudah cukup populer bagi masyarakat Indonesia.


Dan deskripsi atau ciri-ciri dari burung Pelanduk Semak ialah ukuran tubuhnya yang kecil sekitar 14 cm saja, terdapat warna abu-abu di bagian mahkota kepalanya, warna putih di bagian tenggorokannya, dadanya berwarna abu-abu, pada bagian bawah perutnya berwarna coklat, sedangkan pada bagian tengah perutnya terdapat warna putih yang di sisinya terdapat warna kuning muda. Keunikan dari burung pelanduk semak ini adalah ukuran sayapnya yang pendek dan begitu juga dengan ekornya serta kakinya yang juga berukuran kecil. Sehingga burung ini kesulitan untuk terbang dan lebih suka berlama-lama di tanah untuk mencari makan.