Sabtu, 10 September 2016

 Burung Kerak Ungu
Burung Kerak Ungu yang memiliki nama latin  Acridotheres tristis penyebarannya banyak terdapat di berbagai negara di Asia. Akan tetapi burung Kerak Ungu bukanlah burung endemik asal Indonesia walaupun ada yang menyebutnya dengan nama burung Jalak Nias. Di luar negeri burung Kerak Ungu terdapat di Cina, Afganistan, India, dan kawasan Asia Tenggara. Selain itu penyebaran burung Kerak Ungu yang ada di berbagai negara termasuk Indonesia dikarenakan marakanya penjualan burung ini, sengaja dilepaskan di alam liar, dan kemampuan adaptasinya yang bisa mengalahkan burung asli di daerah yang didiaminya.


Gambar: Burung Kerak Nias sedang Memakan Serangga

Adapun untuk ciri-cirinya didominasi oleh warna kecoklatan di bagian atas tubuh dan dadanya. Pada bagian atas kepalanya sampai dengan tenggorokan dan di bagian sayapnya tampak berwarna kehitaman. Sedangkan di bagian kaki dan paruhnya dilapisi warna kekuningan. Di samping itu ada warna putih yang tampak jelas di bagian sayap saat terlihat saat dikepakkan. Ciri lainnya dari burung Kerak Ungu adalah terdapatnya kulit tanpa bulu yang melingkar di sekitar mata dan berwarna kekuningan. Ditambah untuk ukurannya tergolong sedang atau tidak terlalu besar yang panjangnya sekitar 24 cm.
 Burung Nuri-Kate
Burung Nuri-Kate penyebarannya hanya berada di bagian timur Indonesia yakni daerah tanah Papua (bagian Indonesia), Maluku, dan di negara Papua Nugini. Burung nuri-kate mempunyai nama latin Micropsitta yang dalam bahasa inggris disebut dengan nama pygmy parrot. Untuk ciri-ciri fisiknya, burung nuri-kate memiliki ukuran tubuh kisaran 8 sampai dengan 12 cm saja. Tampak warna hijau yang mendominasi warna bulunya di bagian sayap, leher, badan bagian atas, dan pipinya. Sedangkan di bagian bawah tubuhnya yakni perut dan dadanya terdapat warna biru, kuning, dan merah (menuju ke bagian tunggirnya). Pada bagian ekornya berwarna biru laut yang di bagian bawah sayapnya berwarna kuning cerah. Paruhnya berukuran pendek dan berwarna hitam keabu-abuan, kakinya mempunyai ukuran yang agak lebar pada sela-sela jarinya yang berwarna keabu-abuan.
Gambar: Burung Nuri-Kate
Dalam penyebarannya burung nuri-kate terdapat enam subspesies lagi yang di antaranya bernama nurikate geelvink, nuri-kate dada merah, nuri-kate pusio, finsch’s pygmy parrot, nuri-kate topi kuning, dan meek’s pygmy parrot. Dan daerah penyeberannya sendiri terdapat di Papua, Maluku, Pulau Manus (Papua Nugini), dan ditimur Papua Nugini. Sedangkan saat berada di alam liar, biasanya burung Nuri-Kate hidup di dataran rendah hingga tinggi, baik di daerah perkebunan kelapa hingga sampai daerah perkebunan kopi di pegunungan. Burung Nuri-Kate dalam beraktivitas seringnya hidup dalam berkelompok sekitar 20 ekor. Dan untuk makanannya di alam liar, burung Nuri-Kate biasanya memakan lumut yang ada dibatang pohon, jamur, serangga kecil, dan buah-buahan.
 Burung Kancilan Bakau
Burung Kancilan Bakau yang memiliki nama latin Pachycephala Grisola merupakan burung ocehan endemik asli Indonesia. Keberadaan burung endemik ini sudah cukup populer bagi sebagian besar masyarakat kita di berbagai daerah. Kepopuleran yang dimiliki oleh burung Kancilan Bakau tampak dari banyaknya nama untuk penyebutannya yang di antaranya adalah burung Salakan dan juga burung Drodot. Selain itu juga banyaknya orang-orang yang mengenal burung Kancilan Bakau dikarenakan burung ini telah dijadikan sebagai burung ocehan yang mempunyai kicauan merdu.




Gambar: Burung Kancilan Bakau di alam liar

Melihat ciri-ciri dari burung Kancilan Bakau sekilas mirip dengan burung Pelanduk Semak dari sisi ukuran fisk dan corak pada warna bulunya. Akan tetapi untuk burung Kancilan Bakau dapat ditandai dengan warna abu-abu di bagian hampir seluruh tubuhnya. Hal ini terlihat pada bagian mahkota, tengkuk, punggung, dan sayap dibalut dengan warna abu-abu yang tampak cukup mencolok. Pada bagian ekornya tampak berwarna cokelat muda yang lebih kepada cokelat keabu-abuan. Adapun untuk bagian dada dan perut yang merupakan bagian bawah tubuh burung terlihat berwarna keputihan. Sedangkan untuk ukuran fisiknya tergolong cukup kecil yakni hanya sekitar 14 cm yang terhitung mulai dari pangkal paruh hingga ujung ekornya.
Burung Cucak Cungkok
Burung Cucak Cungkok merupakan jenis burung yang memiliki kemiripan bentuk fisik dengan burung Cuca Ijo. Akan tetapi burung Cucak Cungkok bukanlah merupakan burung endemik asli Indonesia melainkan berasal negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara terkecuali Indonesia. Nama burung Cucak Cungkok belakangan ini cukup tersohor bagi kalangan pencinta burung ocehan. Hal ini dikarenakan di beberapa pasar burung ocehan telah ada yang menjual burung Cucak Cungkok dengan harga di atas satu jutaan kepada para pembelinya.
Disebutkan pada paragraf sebelumnya bahwa burung Cungkok memiliki habitat aslinya yang berasal dari negara-negara yang ada di Asia Selatan dan Tenggara. Adapun bila menengok negara-negara yang ada populasi dari burung Cucak Cungkoknya ialah di negara Tiongkok, Myanmar, Thailand, Laos, dan Malaysia. Begitu pula dengan bentang alam yang biasa ditinggali oleh burung Cucak Cungkok umumnya berada di atas dataran tinggi hutan berbukitan yang bersuhu lumayan dingin.

Gambar: Burung Cucak Cungkok yang memiliki nama latin Chloropsis hardwickii
 Burung Cucak Mutiara
Burung Cucak Mutiara yang mempunyai nama latin Pycnonotus Tympanistrigus merupakan burung endemik yang populasinya hanya ada di pulau Sumatera saja. Di habitatnya burung Cucak Mutiara biasanya menempati hutan yang memiliki perbukitan atau yang bersuhu agak dingin. Selain itu penyebarannya di Sumatera menurut berbagai sumber disebutkan ada berada di sekitaran daerah bukit barisan bagian selatan yang menuju ke arah gunung Kerinci dan di daerah Gunung Dempu.
Gambar: Burung Cucak Mutiara yang ada di alam liar
Disebutkan bahwa burung Cucak Mutiara yang mulai terancam punah akibat begitu banyak penangkapan terhadap burung ini di hutan Sumatera. Hal ini tentunya bisa mengganggu keseimbangan populasinya yang ada di hutan tanpa ada keinginan untuk bisa menangkarnya agar permintaan burung ini di pasar burung bisa terpenuhi tanpa perlu lagi menangkapnya di hutan. Di samping itu kerusakan hutan di Sumatera pun turut menjadi bagian dalam menyebabkan langkanya populasi burung Cucak Mutiara.
 Burung parkit
Pada burung parkit, di samping memiliki karakter yang liar dan lincah, burung ini pada dasarnya mempunyai karakter yang susah diatur. Akan tetapi, itu bukanlah menjadi penghalang selama penghobi terus tekun dan rutin melatih burung parkit tersebut untuk jinak, lama-kelamaan burung ini juga bisa dijinakkan.
Gambar 1. Parkit Jinak
 Burung Pelanduk Semak
Burung Pelanduk Semak merupakan burung endemik asal Indonesia tetapi juga penyebarannya terdapat di wilayah semenanjung malaysia. Burung ini mempunyai nama latin Malacocincla sepiaria yang habitat hidupnya ialah hutan tropis, perbukitan, daerah pegunungan, dan semak-semak. Di Indonesia penyebaran burung ocehan Pelanduk Semak terdapat di berbagai daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Sehingga burung ocehan ini sudah cukup populer bagi masyarakat Indonesia.


Dan deskripsi atau ciri-ciri dari burung Pelanduk Semak ialah ukuran tubuhnya yang kecil sekitar 14 cm saja, terdapat warna abu-abu di bagian mahkota kepalanya, warna putih di bagian tenggorokannya, dadanya berwarna abu-abu, pada bagian bawah perutnya berwarna coklat, sedangkan pada bagian tengah perutnya terdapat warna putih yang di sisinya terdapat warna kuning muda. Keunikan dari burung pelanduk semak ini adalah ukuran sayapnya yang pendek dan begitu juga dengan ekornya serta kakinya yang juga berukuran kecil. Sehingga burung ini kesulitan untuk terbang dan lebih suka berlama-lama di tanah untuk mencari makan.
 Burung Cabai Emas
Burung Cabai Emas memiliki nama latin Dicaeum Annae yang merupakan burung ocehan endemik asli Indonesia. Keberadaanya di Indonesia hanya ada di dua daerah yakni Sumbawa dan Flores. Dengan terbatasnya daerah yang menjadi tempat hidup burung ocehan endemik ini membuat keberadaannya pun tetap perlu untuk diperhatikan dengan tidak merusak alam yang menjadi habitat hidupnya. Walaupun memang berdasarkan beragam sumber yang menyebutkan populasi dari burung Cabai Emas ini tidak sedang mengalami resiko kepunahan yang bisa mengancam keberadaannya di alam liar.
Gambar: Burung Cabai Emas yang ada di alam liar
Adapun untuk ciri-ciri dari burung Cabai Emas dapat disimak mulai dari ukuran badanya yang tergolong kecil yakni sekitar 10 cm saja. Selain itu pada bagian atas tubuhnya tampak berwarna hijau ke zaitunan. Pada bagian tenggorokan terlihat berwarna putih dan tampak pada dadanya terlihat warna keabu-abuan yang seperti dicoret-coret. Jika melihat pada bagian dagu sampai dengan bagian perutnya akan terlihat warna kekuningan yang tidak terlalu terang tapi seperti diselimuti oleh warna keabu-abuan.
 Burung Cucakrawa
burung Cucakrawa mudah dalam menelannya. Pemberian buah-buahan ini tidak hanya bermanfaat bagi burung Cucakrawa yang telah lama dirawat tapi baik juga untuk burung bakalan yang berasal dari hasil tangkapan di hutan. Tujuannya sama yakni agar burung Cucakrawa bakalan tidak mudah terjangkit penyakit akibat pemindahan lokasi yang asing baginya.

Gambar: Perawatan burung Cucakrawa di sangkar
 Burung Cucak Rante Mas
Chloropsis Venusta yang merupakan nama latin dari burung Cucak Rante Mas memiliki ciri warna yang mirip dengan Cucak Ijo yakni lebih kepada didominasi dengan warna kehijauan yang membungkus tubuhnya. Akan tetapi dalam bentuk ukuran fisiknya terlihat burung Cucak Rante Mas memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dibanding dengan jenis cucak-cucakan lainnya yang hanya sekitar 14 cm saja. Selain itu terdapat warna biru terang yang mencolok pada bagian wajah dan dahinya. Pada bagian dadanya tampak berwarna kuning keemasan yang menjadi ciri khas dari burung ini.


Gambar: Burung Cucak Rante Mas yang ada di alam liar

Di samping itu kehidupan burung Cucak Rante Mas yang berada di alam liar biasanya bertengger dengan kawanan atau sendirian berada di bawah puncak pohon. Sewaktu mencari makanan umumnya burung ini menyantap nektar dan buah-buahan sebagai pakan utamanya dan juga diselingi dengan memakan serangga berupa jangkrik dan serangga kecil lainnya. Adapun saat musim kawin telah tiba pasangan burung Cucak Rante Mas membangun sarangnya dengan bentuk seperti cawan terbuka yang diletakkan di ujung cabang pepohonan ataupun diselipkan pada dua ranting pohon yang berdekatan. Sedangkan bagi betinanya saat musim kawin berlangsung mampu mengeluarkan telur batu untuk dierami sebanyak 2 sampai 3 butir saja dengan rentang masa pengeraman selama 14 hari.

Jumat, 09 September 2016

 Burung poksay kuda
Burung-burung dari kelompok poksay memiliki suara kicauan yang sangat kencang. Kelompok ini terdiri atas beberapa spesies yang tersebar di hutan-hutan tropis Asia. Sebagian di antaranya popular sebagai burung piaraan, seperti poksay hongkong, poksay mandarin, dan poksay jambul. Bagaimana dengan burung poksay kuda (Garrulax rufifrons) yang merupakan spesies endemik di Jawa? Keberadaan spesies ini makin jarang ditemukan.


Burung poksay kuda di Gunung Gede, Jawa Barat
Burung poksay kuda di Gunung Gede, Jawa Barat
Poksay kuda / rufous-fronted laughingthrush adalah spesies burung dari keluarga Timaliidae. Sebagai burung endemik, poksay kuda mendiami wilayah-wilayah hutan pada gunung-gunung di Jawa. Pakan utamanya berupa buah-buahan, meski menyukai pula serangga.
 Burung luntur jawa
Pulau Jawa menjadi habitat bagi beberapa spesies burung endemik. Sayangnya beberapa jenis burung endemik ini terancam punah seperti ekek geling, elang jawa, dan murai larwo. Begitu juga burung luntur jawa. Si cantik dengan bulu berwarna-warni ini makin terancam akibat deforestasi hutan.

burung luntur jawa
Burung luntur jawa makin terancam keberadaannya.
Burung luntur jawa mempunyai beberapa nama alias, yaitu luntur gunung atau kasumba ekor-kuning. Spesies ini termasuk anggota keluarga Trogoniidae, dan dalam literatur internasional disebut javan trogon (Apalharpactes reinwardtii).
Sebelumnya, luntur jawa sempat disatukan dengan burung luntur sumatera / sumatran trogon (Apalharpactes mackloti ). Namun karena keduanya memiliki perbedaan morfologi yang cukup signifikan, terutama ukuran tubuh, bobot badan, serta penampilan bulu-bulunya, maka luntur jawa dan luntur sumatera dipisahkan menjadi spesies tersendiri.

Pulau Jawa menjadi habitat bagi beberapa spesies burung endemik. Sayangnya beberapa jenis burung endemik ini terancam punah seperti ekek geling, elang jawa, dan murai larwo. Begitu juga burung luntur jawa. Si cantik dengan bulu berwarna-warni ini makin terancam akibat deforestasi hutan.

  Burung kehicap boano
Pulau Seram ditetapkan sebagai Kawasan Burung Endemik atau Endemic Bird Area (EBA), karena memiliki spesies burung endemik terbanyak di Indonesia. Meski berada di kawasan hutan lindung, beberapa spesies burung dalam kondisi hampir punah, misalnya kehicap boano. Burung dengan bulu hitam putih itu makin sulit ditemukan sehingga IUCN menetapkannya dalam statusKritis (CR).




Kehicap boano (Monarcha boanensis) burung endemik Indonesia yang sulit ditemukan
Kehicap boano (Monarcha boanensis) burung endemik Pulau Seram yang sulit ditemukan.

Kehicap boano / black-chinned monarch (Monarcha boanensis) memiliki ukuran sedang, dengan panjang tubuh sekitar 16 cm. Tubuhnya terdiri atas dua warna saja, yaitu bagian atas (termasuk sisi kepala dan dagu) hitam, dan tubuh bagian bawah serta pipinya putih.

Burung ini hanya bisa ditemukan di Pulau Boano, yang terletak di ujung baratdaya Pulau Seram, Maluku Selatan. Habitatnya adalah hutan tropis dan subtropis di dataran rendah hingga ketinggian 150 meter dari permulaay laut.

Ketika mencari pakan serangga, kehicap boano sering terlihat berpasangan atau bersama dengan kelompok burung lainnya seperti kipasan dada lurik (Rhipidura rufiventris), cabai kelabu ( Dicaeum vulneratum), dan kehicap pulau (Monarcha cinerascens).

 Burung rajaudang meninting / blue-eared kingfisher (Alcedo meninting)
Makin menyempitnya aliran-aliran sungai, ditambah pencemaran dan kerusakan habitat, membuat spesies burung rajaudang meninting / blue-eared kingfisher (Alcedo meninting) makin tersingkir dari wilayah yang selama ini menjadi tempat berbiaknya. Rajaudang meninting merupakan jenis burung pemakan ikan dari keluarga Alcedinidae.


Raja udang meninting atau Blue-eared kingfisher
Burung rajaudang meninting / blue-eared kingfisher
Spesies ini dulunya sering terlihat di dekat sungai atau persawahan yang dekat dengan permukiman warga. Namun karena habitatnya dari waktu ke waktu terus menghilang, burung pemburu ikan dan udang ini makin tersingkir.
Rajaudang meninting mempunyai postur tubuh berukuran kecil, dengan panjang sekitar 15 cm. Bulu-bulunya indah dengan warna-warni sangat kontras. Tubuh bagian atas berwarna biru terang mengkilap, sementara tubuh bagian bawah merah-jingga terang.
Cuping telinganya tertutup oleh warna biru mencolok. Inilah yang membuat para ornitholog menamakannya sebagai blue-eared kingfisher alias rajaudang bertelinga biru. Iris matanya cokelat, paruhnya besar berwarna kehitaman dan kaki kemerahan.
Bentuk kepala dan paruh yang besar kontras dengan tubuhnya yang cenderung bulat dan berekor pendek. Tapi hal inilah yang membuat penampilannya makin eksotik.
Burung-madu rimba.
Burung-madu umumnya mudah dikenali dari bulu-bulunya yang berwarna mencolok. Namun burung-madu rimba yang banyak ditemukan di Sumatera dan Kalimantan ini memiliki warna yang tidak lazim, yaitu ungu dengan garis-garis kuning, dan sepintas mirip burung siri-siri. Bagi yang penasaran, berikut ini suara kicauan burung-madu rimba.




burung-madu rimba atau Purple-naped sunbird (Hypogramma hypogrammicum)
Burung-madu rimba / purple-naped sunbird (Hypogramma hypogrammicum)

Burung-madu terdiri atas beragam spesies / jenis, dan umumnya memiliki warna bulu yang eksotis. Karena itu pula, banyak jenis burung-madu yang sangat popular di kalangan kicaumania.

Namun karena semua spesies burung-madu termasuk satwa yang dilindungi di Indonesia (kicaumania sejati mesti taat hukum dong…), maka tidaklah etis kalau kita memelihara apalagi melombakannya.
 Burung julang sumba
Burung julang terdiri atas beberapa spesies. Mereka termasuk anggota keluarga Bucerotidae, atau masih berkerabat dekat dengan burung enggang, rangkong, dan kangkareng. Indonesia memiliki tiga spesies burung julang endemik, salah satunya adalah burung julang sumba / sumba hornbill (Rhyticeros everetti).


Julang sumba (Rhyticeros everetti)
Burung julang sumba / sumba hornbill (Rhyticeros everetti)
Julang sumba tergolong burung yang cukup unik. Jika melihat penampilannya, julang sumba mungkin masih kalah mentereng ketimbang julang sulawesi. Yang membuatnya unik adalah wilayah persebarannya yang berada di Nusa Tenggara, tepatnya Pulau Sumba, yang tergolong jauh dari kawasan yang biasanya menjadi habitat burung julang.
Menurut beberapa literatur, Pulau Sumba dulu merupakan pecahan dari Benua Asia. Adapun pulau-pulau lain yang berada di Nusa Tenggara merupakan pulau vulkanis yang terbentuk dari aktivitas gunung berapi.
 Burung-madu
Sebagai catatan awal, Om Kicau selalu menulis “kolibri” (pakai tanda petik) karena penamaan burung tersebut salah-kaprah, namun tetap dipakai para penggemarnya. Nama sebenarnya burung-madu, dengan beragam spesies atau jenisnya, dan termasuk dalam kelompok sunbird.
burung-madu-bakau
Burung-madu bakau (Nectarinia calcostetha), salah satu jenis burung sunbird.
Di Amerika juga ada burung yang mirip burung-madu. Namanya colibri, yang juga terdiri atas beberapa spesies, dan termasuk dalam kelompok hummingbird. Burung colibri tidak dijumpai di belahan dunia lainnya, artinya juga tidak ada di Indonesia, hanya ada di Amerika Utara dan Amerika Selatan.
Kelompok sunbird dan hummingbird memiliki taksonomi yang sangat berbeda. Sunbird termasuk dalam keluarga Nectariniidae (Ordo Passeriformes), sementara hummingbird merupakan anggota keluarga Trochilidae dan Ordo Apodiformes.
 Burung-madu gunung
Burung-madu gunung merupakan salah satu spesies endemik di Pulau Jawa. Burung-madu dengan bulu beraneka warna ini ternyata memiliki suara kicauan yang tajam dan bervariasi. Berikut ini beberapa variasi suara kicauan burung-madu gunung yang bisa digunakan untuk masteran dan memancing bunyi.


Burung-madu gunung Burung-madu gunung atau white-flanked sunbirds yang merupakan burung endemik Pulau Jawa
Burung-madu gunung / white-flanked sunbirds merupakan spesies endemik Pulau Jawa.
Burung-madu gunung / white-flanked sunbirds (Aethopyga eximia) mempunyai wilayah persebaran terbatas di Pulau Jawa (endemik Jawa). Burung ini dapat dijumpai di daerah pegunungan, antara lain Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango di Jawa Barat dan Taman Nasional Gunung Merapi di Jawa Tengah.
Meski termasuk spesies yang cukup umum, kita akan kesulitan menemukan keberadaan burung-madu gunung ini. Pasalnya, burung ini dikenal pemalu namun tidak betah tinggal diam. Jadi, untuk dapat mengamatinya, dibutuhkan kesabaran dan penglihatan yang cukup tajam.
Ukuran burung-madu gunung tidak terlalu jauh berbeda dari jenis burung-madu lainnya. Hanya saja ekornya yang panjang pada burung jantan membuat ukuran tubuhnya terlihat lebih besar, dengan panjang sekitar 13 cm.
Burung Pekaka emas
Pekaka emas / stork-billed kingfisher (Pelargopsis capensis) termasuk jenis burung raja udang berukuran besar, dengan panjang tubuh sekitar 35 cm. Paruhnya sangat besar, mirip paruh burung bangau. Selain itu, suaranya pun cukup unik. Pekaka emas akan bertambah cerewet ketika merasa terganggu. 


Burung pekaka emas atau Stork-billed kingfisher
Burung pekaka emas / stork-billed kingfisher
Tubuh bagian atasnya berwarna biru, mahkota dan tengkuk abu-abu, dengan paruh sangat besar berwarna merah mencolok. Tubuh bagian bawahnya jingga kemerah-jambuan. Iris mata cokelat, sedangkan kakinya merah.
Dengan bentuk paruh yang besar, pekaka emas menjadi pemburu yang sangat aandal ketika menangkap mangsanya untuk dimakan. Dari ketinggian sekitar 2- 4 meter di atas permukaan air, burung ini akan langsung terjun ke dalam air untuk menangkap ikan, udang, atau kepiting dengan menggunakan paruh besarnya itu.
Selain memangsa binatang air, pekaka emas juga akan memburu hewan lain sebagai santapannya, terutama katak, serangga, kadal, tikus, bahkan burung-burung kecil dan telur-telurnya. Dengan paruh besar itu pula, pekaka emas akan memukul-mukulkan mangsanya ke batang pohon sampai lemas, kemudian memakannya.
 Burung nuri kabare
Bagi sebagian orang, penampilan burung nuri kabare mungkin dianggap kurang menarik, bahkan cenderung mirip burung nazar si pemakan bangkai. Tetapi siapa sangka, spesies burung paruh bengkok (parrot) yang unik ini justru banyak diburu, karena bulu-bulunya memiliki nilai ekonomi yang tinggi.


Nuri kabare (Psittrichas fulgidus) burung parrot unik khas PapuaBurung nuri kabare
Nuri kabare, burung parrot unik dari Papua.
Nuri kabare / pesquet parrot (Psittrichas fulgidus) sering juga disebut sebagai nuri elang atau nuri nazar. Inilah satu-satunya spesies anggota genus Psittrichas dari keluarga Psittrichasiidae. Burung paruh bengkok ini mempunyai ukuran tubuh sebesar burung gagak (panjang sekitar 46 cm), dengan bentuk paruh yang sempit dan runcing.
Bulubulu tubuhnya didominasi warna hitam, sedangkan bagian perut, tunggir, dan bercak pada sayapnya berwarna merah. Ciri khas burung unik ini adalah bertubuh tegap, berleher panjang, dan bentuk paruh mirip burung pemakan bangkai.